Akulebih pandai dari kamu”?—Nah, orang itu sombong. Ia membual tentang dirinya. Bagaimana perasaanmu jika orang lain melakukan itu? Apakah kau senang?—Nah, kalau begitu bagaimana kiranya perasaan orang lain jika engkau menyombongkan diri?—Apakah baik budi untuk berkata kepada orang lain, akucukup menyadari, bahwa kau hanya pandai untuk mengerti.. bukan untuk membalas apa yang aku isyaratkan. aku begitu sadar bahwa kelak hal ini akan terjadi. mencintai dalam kesunyian, tanpa sebuah harapan kau merasakan apa yang aku rasakan. kau pria yang begitu memukau, kau pria yang begitu hebat, Pasal2 (Total ayat 23. 1) [Rut Menemui Boas] Naomi mempunyai seorang pelindung, seorang keluarga dekat dari suaminya. Ia seorang kaya dari keluarga Elimelekh, namanya Boas. 2) Pada suatu hari Rut orang Moab itu berkata kepada Naomi, “Aku ingin pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang para penuai yang berbaik hati padaku, yang Diatahu kalau aku memang tidak pernah mau melukis karna aku tahu,aku tidak pandai dalam hal itu. Dan aku pun hanya mengangguk. Aku melukis dengan mata tertutup dengan arahan tangannya yang lembut dan dingin. Beberapa menit kemudian,tanganku terhenti. "Mengapa sangat begitu cepat?" Ujarku dalam hati. Akutakut seperti burung beo itu. Pandai mendzikirkan kalimat thayyibah itu tetapi tidak dalam hati nya, pandai menyebut nama Allah tetapi hanya dibibir saja, pandai mengucapkan doa tetapi tidak tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada 4 lilin yang menyala,sedikit demi sedikt meleleh. suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah Danternyata saat kegelapan itu semakin menyempit,menyudutkanku, tak berselang lama suara memekik telinga terdengar, mereka menampakkan wujudnya, sebuah kesatuan tentara yang jumlahnya jauh diluar ekspektasiku. Aku hampir tak punya persiapan apapun,aku tersudut,mengangkat senjata saja aku tak bisa, semua sisi berisikan tentara dari kegelapan itu. Ibrahimterkejut seraya bertanya untuk menegaskan kembali, “Benar-benar aku?” Malaikat maut menjawab, “Ya, benar.” Lalu Ibrahim bertanya lagi, “Apakah alasan Tuhanku hingga membuat aku begitu istimewa seperti itu?” Malaikat maut menjawab, “Karena kamu pandai memberi dan tak pernah meminta.” HR. Ibnu Abi Hatim 3. MengapaAku Begitu Pandai (Penerbit Circa) An easy way to get your favourite books. "Serial Buku Kecil Ide Besar menghadirkan gagasan-gagasan besar yang mengguncang atau unik dan autentik dari para penulis terbaik dunia. Pikiran-pikiran mereka bergema panjang, dan menginspirasi generasi demi generasi di pelbagai masa. IyKQXZ. HomeBukuReligi & SpiritualFilosofiAtur jumlah dan catatanMengapa Aku Begitu PandaiKondisi BaruMin. Pemesanan 1 BuahEtalase optimis bukuSerial Buku Kecil Ide Besar menghadirkan gagasan-gagasan besar yang mengguncang atau unik dan autentik dari para penulis terbaik dunia. Pikiran-pikiran mereka bergema panjang, dan menginspirasi generasi demi generasi di pelbagai masa. Kami sajikan dalam format buku kecil yang ciamik, yang mudah dibawa ke mana-mana, dan bisa dibaca dalam dua atau tiga kali duduk di stasiun atau di bandara atau di mana buku tipis ini kita akan menemukan Nietzsche yang bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya dalam narasi-narasi sastrawi, dilanjutkan dengan aforisme-aforisme yang menjadi ciri khasnya deret proposisi padat yang berpotensi menimbulkan pertanyaan panjang dalam imajinasi pembaca, proposisi-proposisi yang mengutip Milan Kundera, merupakan salah satu dari enam karya yang lahir pada masa kematangan 200gAda masalah dengan produk ini?ULASAN PEMBELI Description / Non Fiksi / Mengapa Aku Begitu Pandai Friedrich Nietzsche +++ Serial Buku Kecil Ide Besar menghadirkan gagasan-gagasan besar yang mengguncang atau unik dan autentik dari para penulis terbaik dunia. Pikiran-pikiran mereka bergema panjang, dan menginspirasi generasi demi generasi di pelbagai masa. Kami sajikan dalam format buku kecil yang ciamik, yang mudah dibawa ke mana-mana, dan bisa dibaca dalam dua atau tiga kali duduk di stasiun atau di bandara atau di mana pun. Dalam buku tipis ini kita akan menemukan Nietzsche yang bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya dalam narasi-narasi sastrawi, dilanjutkan dengan aforisme-aforisme yang menjadi ciri khasnya deret proposisi padat yang berpotensi menimbulkan pertanyaan panjang dalam imajinasi pembaca, proposisi-proposisi yang mengutip Milan Kundera, merupakan salah satu dari enam karya yang lahir pada masa kematangan Nietzsche.